Pukul 20.00 WIB di hari senin sepulang dari kerja sebagai tukang karcis di Musium Nasional, aku menunggu kereta jurusan Wonogiri-Stasiun Kota di stasiun gambir. Kereta yang akan berangkat menuju stasiun kota akan tiba di stasiun gambir pada pukul 21.30 WIB, waktu yang cukup lama untuk menunggu sebuah kereta datang.
Selagi menunggu kereta yang akan datang, aku biasanya membawa buku untuk dibaca. Yang aku bawa biasanya adalah buku Relativitas, buku karya seorang ilmuwan fisika yang sangat brilian di masanya, Albert Einstein. Aku sangat menyukai fisika, dan bahkan sejak kecil aku ingin menjadi ilmuwan fisika, namun sayang cita-citaku harus dipendam akibat kekurangan biaya untuk melanjutkan sekolah.
Saat aku sedang membaca, aku disapa sesaorang yang sedang duduk disebelahku. Aku kaget waktu menoleh kerahanya, dia adalah Professor Stephen Hawking, seorang ahli fisikawan yang sangat terkenal, pencetus teori radiasi Hawking. Beliau adalah seorang kulit putih yang berasal dari Inggris. Jika dibandingkan dengan orang inggris lainnya, beliau tidak terlalu tinggi. Umur beliau berkisar antara 40 tahunan, mukanya sudah mulai kelihatan tua dan rambutnya yang berwarna hitam sudah mulai beruban.
Penampilan beliau pada saat aku bertemu dengannya tidak berbeda jauh dengan yang aku lihat di televisi. Beliau menggunakan kacamata tebal, jaket dan celana yang berwarna biru laut serta sepatu pantofel berwarna hitam mengkilat. Karena beliau mengalami kelumpuhan, maka beliau menggunakan kursi roda dan seperangkat komputer untuk berkomunikasi, maka dari itu gaya bicara dan bahasa beliau tidak pernah diketahui siapapun. Beliau sangatlah hebat, walaupun mengalami cacat, beliau dapat meraih cita-citanya sebagai fisikawan.
Mengetahui bahwa orang yang menyapaku adalah Professor Stephen Hawking, aku langsung berbincang-bincang dengan beliau berbagai hal tentang fisika, mulai dari gravitasi Newton hingga Relativitas, tentunya dalam bahasa inggris. Tak terasa waktupun berlalu, kereta menuju stasiun kota sudah tiba, aku tak ingin cepat-cepat melewatkan momen-momen seperti ini. Namun mau apa lagi, aku harus baranjak pergi dan mengatakan ”Good bye Mr. Hawking!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar